SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA
MENYADARI PANGGILAN TUHAN
Setelah saya
menyadari bahwa panggilan Tuhan kepada saya sesuai dengan talenta saya, maka
saya mulai membuka mata dan mulai
mengartikan panggilan Tuhan kepada saya. Gereja Tuhan GKPS adalah gereja yang
dipanggil khusus untuk orang-orang Simalungun dalam pengertian yang luas. Saya sebagai orang
Simalungun dans ebagai Pendeta di GKPS tentunya harus merespon panggilan itu
dan tak mendiamkannya sebab hidup ini hanya sekali dan waktu yang diberikan
Tuhan untuk hidup biarlah kupakai untuk memberikan apa yang Tuhan telah siapkan
dan rencanakan untukku bahkan sebelum aku dilahirkan (sebagaimana Jeremia).
Lalu, apakah yang dapat aku lakukan untuk Tuhan di GKPS ini? Aku bukanlah orang
besar yang jika mengatakan ya maka semuanya akan menjadi ya. Aku berasal dari keluarga yang
sederhana dan bukan dari keluarga yang istimewa atau keluarga ningrat. Tapi semuanya
itu tidak menjadi penghalang bagiku sebab aku mau berbuat bukan untuk sebuah
nama atau kedudukan tapi berbuat untuk Tuhan Yesus yang telah mengasihi orang
Simalungun.
TALENTA MUSIK
Masih segar
dalam ingatan saat 20 tahun lalu
bagaimana saya ngotot untuk masuk sekolah music kepada orang tua saya sebab
memang music dan seni adalah bakat saya. Perubahan drastic dari cita-cita
seorang arsitektur (art juga) membuat ayah saya kaget dan menuduh saya hanya
bermain-main saja. Ketidak setujuan ayah saya terhadap music sangat tegas
dengan alasan susah untuk hidup nantinya. Ayah saya lebih kaget ketika saya
menyampaikan bahwa saya masuk sekolah teologia – menganggap saya tidak serius. Namun
panggilan Tuhan pada saya tak dapat dihalangi, walau tanpa dukungan sepenuhnya
dari orangtua namun akhirnya saya duduk di bangku kuliah jurusan teologia. Selama
di kampus saya sanagat aktif di bidang music: Player instrument music, Paduan Suara, penyanyi dan arransir lagu-lagu
serta memulai meng-compose beberapa lagu. Talenta yang Tuhan berikan ternyata
tidak berhenti tapi berkembang ketika Tuhan memanggil saya bekerja di rumahNya.
Tahun 1998 -99 saya mencoba membuat team ensamble dan tahun 2000 saat saya
mulai menjalani masa vikariat di Btarasena – Lampung, talenta itu semakin
dikembangkan Tuhan dalam diri saya. Keterlibatan saya dalam group band sekuler yang
pada akhirnya diberikan pihak PT kepercayaan untuk mendirikan group Band Rohani
di Bratasena menjadi kenangan yang sangat manis hingga saat
ini. Tuhan benar-benar menuntun saya ke air padang hijau dan menikmati makanan yang saya cita-citankan
selama ini. Kreativitas saya mulai berkembang dalam bidang Liturgi dan
penembangan cara bernyanyi di gereja. Beberapa alat music telah membantu saya
untuk missi ini. Saya mulai belajar liturgy dan music dalam ibadah dengan
sentuhan inkultur. Pengetahuan dan pengalaman bermusik etnis di masa remaja
ternyata dipakai Tuhan untuk kepentingan ibadah di gerejanya. Bahkan selama
vikaris di Bratasena saya telah belajar sedikit tentang etnis Jawa dengan
sentuhan music Angklung, Marimba dan
sentuhan Campur Sari yang telah saya masukkan ke dalam ibadah. Saya sangat
bersyukur kepada Tuhan, sebab begitu rapi dan telaten Tuhan telah tambahkan
banyak pengalaman dalam bermusik. Saya terus berkarya menciptakan lagu-lagu
rohani untuk kebutuhan gereja dan mengarransir ratusan lagu. Di Sidamanik dan
di Bangun Purba saya mulai mengajarkan
bagaimana bermain organ secara praktis untuk membantu gereja beribadah dan saya
pun memotivasi mereka untuk mengadakan alat music dan sound system di gereja
sebab itu adalah bentuk pelayanan nyata dan langsung berdampak kepada jemaat.
Pengalaman ini telah menempatkan saya sebagai pendeta yang kompeten dalam
bidang music dan seni suara sehingga saya dipercaya menjadi juri di berbagai
perlombaan seni di tingkat jemaat sampai kepada tingkat yang lebih tinggi bahkan untuk instansi
umum serta gereja-gereja denominasi lainnya. Lima tahun terakhir ini saya lebih
berkonsentrasi di bidang liturgy dan music serta paduan suara. Even-even khusus
seperti Ulang tahun dan Olob-olob/ Jubileum merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi saya untuk memastikan bahwa Tuhan benar-benar memakai saya untuk bidang
ini. Tak hanya sekedar bakat namun penelitian pun saya jalankan melalui
koresponden dan berbagai referensi. Sekarang saya baru menyadari mengapa pada saat
kecil saya sudah bergabung dengan team music etnis danpengalaman-pengalaman
festival music di pesta tradisional Danau Toba, saya juga menyadari kegigihan
saya belajar music dan alat-alat music pada saat saya masih SMP dan SMA. Semuanya itu adalah untuk keperluan Tuhan
bagi orang Simalungun. Inspirasi ketika
saya ke Taize – Prancis sangat
mempengaruhi saya untuk lebih berbuat lagi. Kreatifitas mereka di Taize sebagai
orang-orang yang dikhususkan (para Pastor)
benar-benar “mempermalukan” saya untuk lebih berbuat lagi kepada GKPS. Untuk
bidang ini saya memang tidak pernah merasa bosan tetapi terus belajar untuk
membuat yang terbaik lagi. Saya yakin Tuhan punya rencana yang sangat besar
melalui hambaNya yang tidak berarti ini – agar namaNya menjadi berarti. Aku sungguh yakin seandainya ayah saya masih ada,
dia akan tersenyum dan mengaku: “Tak seorangpun bisa menghalangi engkau anakku
untuk bakatmu itu, Tuhan yang mengatur semuanya”. Dalam hal bernyanyi, bersama
dengan rekan dan sahabat-sahabatku IMANS yang sebentar lagi akan mengeluarkan
album ke-2 berjuluk: “Dingat ma ari partubuhmu” tetap dalam pengharapan agar
jemaat Tuhan semakin mengenal dan mengasihi Tuhan Yesus. Demikian juga Album
Gemende Koor GKPS Padang Bulan sebagai wadah pelayanan sekaligus menjadi
saudara bagi saya selama ini, sekarang dalam proses finishing. Biarlah kiranya
Tuhan memakai semua ini menjadi alat kemuliaan bagiNya.
Dalam hal
ibadah, selama 5 tahun ini saya menangani penataan ibadah di PGI-D Kota Medan
dan pelayanan music di sana. Demikian juga untuk UEM Regional Asia untuk
pelayanan Lingkungan hidup. Saat sekarang ini saya sedang berjuang untuk sebuah
bentuk ibadah yang kontekstual di Jubileum GKPS Distrik IV Medan. Saya percaya
Tuhan lah yang akan bekerja untuk memampukan saya menuliskan kata-demi kata nada
demi nada dan setiap sentuhan music serta kumandang nyanyian oleh songleader.
Tugas ini memang berat, namun Tuhan
telah memilih saya mengerjakan ini dan
dengan senang hati saya akan melakukannya dengan segenap hati dan
pikiran saya.
STUDI LANJUT
Tahun 2011
yang lalu atas saya telah melakukan study banding untuk peribadahan dan design
interior gereja-gereja di Eropah khususnya di Jerman, Prancis dan Swiss. Ada
mimpi yang belum bisa kurangkaikan saat ini namun terus mendorong dan membakar
hati saya. Ternyata masih banyak lagi pekerjaan yang harus dilakukan. Setelah
mempelajari bagaimana mereka menata dengan rapi segala sesuatu dalam gereja
saya sangat salut namun menangis dalam hati saya. Apakah yang bisa kulakukan
untuk gerejaMu di Simalungun Tuhan? Cukupkah usia yang Tuhan berikan untuk
melakukan banyak hal yang tak terhitung jumlahnya? Pertanyaan ini selalu
menohok saya dalam setiap pelayanan.
Setelah
mendapat persetujuan dari Pimpinan Pusat GKPS akhirnya saya masuk daftar
antrian untuk studi lanjut dan AILM Manila telah menjadi pilihan saya sebab keberagaman
etnis lebih terkembangkan di sana dari pada sekolah music di Eropah. Saya
sangat yakin setelah pembicaraan dengan pihak LWF di Swiss bersama dengan
Ephorus GKPS. Namun Tuhan masih menguji
kesabaran saya setelah berita penentuan pada awal Januari menyatakan bahwa saya
tidak termasuk menjadi salah satu applicant yang disekolahkan LWF, itu artinya
saya gagal melanjutkan study. Bathin
saya sangat terpukul dan bertanya apakah yang Tuhan inginkan bagi saya dengan
keadaan ini? Namun demikian saya tidak menyerah akan apa yang saya ingin
lakukan dengan anungerah yang telah Tuhan berikan kepada saya. Bagaimanapun
juga jemaat GKPS harus bernyanyi dengan nyanyiannya sendiri, dengan inggou dan music
yang mengena di hati. Saya tetap merindukan agar jemaat-jemaat yang membawakan
benih padinya ke gereja untuk didoakan juga diiringi lagu yang bercerita
tentang benih padi atau jemaat yang “marrobu-robu” (pesta panen) akan bernyanyi
dengan syair panen. Saya merindukan jemaat “manortor” sambil mengaku
dosa-dosanya di hadapan Tuhan. Suara
gonrang yang ditata sedemikian rupa dan suara seruling memecah keheningan
ibadah. Itu adalah jati diri Simalungun!
Bahkan banyak hal lagi yang harus kupelajari agar orang Simalungun menemukan bahwa
Tuhannya juga orang Simalungun – sehingga dekat, akrab dan menyatu.
Saat ini saya
sedang menantikan jawaban permohonan beasiswa dari LCA Australia, biarlah
kiranya Tuhan yang bekerja untuk menjadikan
segala sesuatu indah pada waktunya. Bukanlah ambisi dan kehendak saya sendiri
namun Tuhan Yesus lebih tahu itu.
MEMPERSIAPKAN DIRI
Saat ini saya
tinggal di Perumahan Padang Hijau Diski setelah mutasi pelayanan dari Resort Polonia
Medan. Banyak hal yang harus kerenungi dan kulakukan pada saat ini. Saya harus
belajar lebih giat lagi untuk cita-cita ini, penguasaan musikku harus mahir,
demikian juga bahasa Inggris professional. Suasana di perumahan ini sangat sepi
apalagi kalau sudah malam, tidak seperti tempatku sebelumnya di Padang
Bulan yang rasanya tidak pernah mengenal
kapan siang dan malam. Semuanya ini pasti punya arti, saat aku harus menenangkan
diri dan merasakan jamahan Tuhan.
Terimakasih
Tuhan atas rancanganMu, sungguh tak bisa kupahami sebelumnya.
Diski, 23
Agustus 2013