Jumat, 23 Agustus 2013

SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA


MENYADARI PANGGILAN TUHAN
Setelah saya menyadari bahwa panggilan Tuhan kepada saya sesuai dengan talenta saya, maka saya mulai membuka mata  dan mulai mengartikan panggilan Tuhan kepada saya. Gereja Tuhan GKPS adalah gereja yang dipanggil khusus untuk orang-orang Simalungun  dalam pengertian yang luas. Saya sebagai orang Simalungun dans ebagai Pendeta di GKPS tentunya harus merespon panggilan itu dan tak mendiamkannya sebab hidup ini hanya sekali dan waktu yang diberikan Tuhan untuk hidup biarlah kupakai untuk memberikan apa yang Tuhan telah siapkan dan rencanakan untukku bahkan sebelum aku dilahirkan (sebagaimana Jeremia). Lalu, apakah yang dapat aku lakukan untuk Tuhan di GKPS ini? Aku bukanlah orang besar yang jika mengatakan ya maka semuanya akan  menjadi ya. Aku berasal dari keluarga yang sederhana dan bukan dari keluarga yang istimewa atau keluarga ningrat. Tapi semuanya itu tidak menjadi penghalang bagiku sebab aku mau berbuat bukan untuk sebuah nama atau kedudukan tapi berbuat untuk Tuhan Yesus yang telah mengasihi orang Simalungun.

TALENTA MUSIK
Masih segar dalam ingatan  saat 20 tahun lalu bagaimana saya ngotot untuk masuk sekolah music kepada orang tua saya sebab memang music dan seni adalah bakat saya. Perubahan drastic dari cita-cita seorang arsitektur (art juga) membuat ayah saya kaget dan menuduh saya hanya bermain-main saja. Ketidak setujuan ayah saya terhadap music sangat tegas dengan alasan susah untuk hidup nantinya. Ayah saya lebih kaget ketika saya menyampaikan bahwa saya masuk sekolah teologia – menganggap saya tidak serius. Namun panggilan Tuhan pada saya tak dapat dihalangi, walau tanpa dukungan sepenuhnya dari orangtua namun akhirnya saya duduk di bangku kuliah jurusan teologia. Selama di kampus saya sanagat aktif di bidang music: Player instrument music,  Paduan Suara, penyanyi dan arransir lagu-lagu serta memulai meng-compose beberapa lagu. Talenta yang Tuhan berikan ternyata tidak berhenti tapi berkembang ketika Tuhan memanggil saya bekerja di rumahNya. Tahun 1998 -99 saya mencoba membuat team ensamble dan tahun 2000 saat saya mulai menjalani masa vikariat di Btarasena – Lampung, talenta itu semakin dikembangkan Tuhan dalam diri saya. Keterlibatan saya dalam group band sekuler yang pada akhirnya diberikan pihak PT kepercayaan untuk mendirikan group Band Rohani di  Bratasena  menjadi kenangan yang sangat manis hingga saat ini. Tuhan benar-benar menuntun saya ke air padang hijau  dan menikmati makanan yang saya cita-citankan selama ini. Kreativitas saya mulai berkembang dalam bidang Liturgi dan penembangan cara bernyanyi di gereja. Beberapa alat music telah membantu saya untuk missi ini. Saya mulai belajar liturgy dan music dalam ibadah dengan sentuhan inkultur. Pengetahuan dan pengalaman bermusik etnis di masa remaja ternyata dipakai Tuhan untuk kepentingan ibadah di gerejanya. Bahkan selama vikaris di Bratasena saya telah belajar sedikit tentang etnis Jawa dengan sentuhan music  Angklung, Marimba dan sentuhan Campur Sari yang telah saya masukkan ke dalam ibadah. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, sebab begitu rapi dan telaten Tuhan telah tambahkan banyak pengalaman dalam bermusik. Saya terus berkarya menciptakan lagu-lagu rohani untuk kebutuhan gereja dan mengarransir ratusan lagu. Di Sidamanik dan di Bangun Purba saya mulai  mengajarkan bagaimana bermain organ secara praktis untuk membantu gereja beribadah dan saya pun memotivasi mereka untuk mengadakan alat music dan sound system di gereja sebab itu adalah bentuk pelayanan nyata dan langsung berdampak kepada jemaat. Pengalaman ini telah menempatkan saya sebagai pendeta yang kompeten dalam bidang music dan seni suara sehingga saya dipercaya menjadi juri di berbagai perlombaan seni di tingkat jemaat sampai kepada  tingkat yang lebih tinggi bahkan untuk instansi umum serta gereja-gereja denominasi lainnya. Lima tahun terakhir ini saya lebih berkonsentrasi di bidang liturgy dan music serta paduan suara. Even-even khusus seperti Ulang tahun dan Olob-olob/ Jubileum merupakan tantangan sekaligus peluang bagi saya untuk memastikan bahwa Tuhan benar-benar memakai saya untuk bidang ini. Tak hanya sekedar bakat namun penelitian pun saya jalankan melalui koresponden dan berbagai referensi.  Sekarang saya baru menyadari mengapa pada saat kecil saya sudah bergabung dengan team music etnis danpengalaman-pengalaman festival music di pesta tradisional Danau Toba, saya juga menyadari kegigihan saya belajar music dan alat-alat music pada saat saya masih SMP dan SMA.  Semuanya itu adalah untuk keperluan Tuhan bagi orang Simalungun.  Inspirasi ketika saya ke Taize – Prancis  sangat mempengaruhi saya untuk lebih berbuat lagi. Kreatifitas mereka di Taize sebagai orang-orang yang dikhususkan  (para Pastor) benar-benar “mempermalukan” saya untuk lebih berbuat lagi kepada GKPS. Untuk bidang ini saya memang tidak pernah merasa bosan tetapi terus belajar untuk membuat yang terbaik lagi. Saya yakin Tuhan punya rencana yang sangat besar melalui hambaNya yang tidak berarti ini – agar namaNya menjadi berarti.  Aku sungguh yakin seandainya ayah saya masih ada, dia akan tersenyum dan mengaku: “Tak seorangpun bisa menghalangi engkau anakku untuk bakatmu itu, Tuhan yang mengatur semuanya”. Dalam hal bernyanyi, bersama dengan rekan dan sahabat-sahabatku IMANS yang sebentar lagi akan mengeluarkan album ke-2 berjuluk: “Dingat ma ari partubuhmu” tetap dalam pengharapan agar jemaat Tuhan semakin mengenal dan mengasihi Tuhan Yesus. Demikian juga Album Gemende Koor GKPS Padang Bulan sebagai wadah pelayanan sekaligus menjadi saudara bagi saya selama ini, sekarang dalam proses finishing. Biarlah kiranya Tuhan memakai semua ini menjadi alat kemuliaan bagiNya.
Dalam hal ibadah, selama 5 tahun ini saya menangani penataan ibadah di PGI-D Kota Medan dan pelayanan music di sana. Demikian juga untuk UEM Regional Asia untuk pelayanan Lingkungan hidup. Saat sekarang ini saya sedang berjuang untuk sebuah bentuk ibadah yang kontekstual di Jubileum GKPS Distrik IV Medan. Saya percaya Tuhan lah yang akan bekerja untuk memampukan saya menuliskan kata-demi kata nada demi nada dan setiap sentuhan music serta kumandang nyanyian oleh songleader. Tugas ini memang  berat, namun Tuhan telah memilih saya mengerjakan ini dan  dengan senang hati saya akan melakukannya dengan segenap hati dan pikiran saya.

STUDI LANJUT
Tahun 2011 yang lalu atas saya telah melakukan study banding untuk peribadahan dan design interior gereja-gereja di Eropah khususnya di Jerman, Prancis dan Swiss. Ada mimpi yang belum bisa kurangkaikan saat ini namun terus mendorong dan membakar hati saya. Ternyata masih banyak lagi pekerjaan yang harus dilakukan. Setelah mempelajari bagaimana mereka menata dengan rapi segala sesuatu dalam gereja saya sangat salut namun menangis dalam hati saya. Apakah yang bisa kulakukan untuk gerejaMu di Simalungun Tuhan? Cukupkah usia yang Tuhan berikan untuk melakukan banyak hal yang tak terhitung jumlahnya? Pertanyaan ini selalu menohok saya dalam setiap pelayanan.
Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Pusat GKPS akhirnya saya masuk daftar antrian untuk studi lanjut dan AILM Manila telah menjadi pilihan saya sebab keberagaman etnis lebih terkembangkan di sana dari pada sekolah music di Eropah. Saya sangat yakin setelah pembicaraan dengan pihak LWF di Swiss bersama dengan Ephorus GKPS.  Namun Tuhan masih menguji kesabaran saya setelah berita penentuan pada awal Januari menyatakan bahwa saya tidak termasuk menjadi salah satu applicant yang disekolahkan LWF, itu artinya saya gagal melanjutkan study.  Bathin saya sangat terpukul dan bertanya apakah yang Tuhan inginkan bagi saya dengan keadaan ini? Namun demikian saya tidak menyerah akan apa yang saya ingin lakukan dengan anungerah yang telah Tuhan berikan kepada saya. Bagaimanapun juga jemaat GKPS harus bernyanyi dengan nyanyiannya sendiri, dengan inggou dan music yang mengena di hati. Saya tetap merindukan agar jemaat-jemaat yang membawakan benih padinya ke gereja untuk didoakan juga diiringi lagu yang bercerita tentang benih padi atau jemaat yang “marrobu-robu” (pesta panen) akan bernyanyi dengan syair panen. Saya merindukan jemaat “manortor” sambil mengaku dosa-dosanya  di hadapan Tuhan. Suara gonrang yang ditata sedemikian rupa dan suara seruling memecah keheningan ibadah. Itu adalah jati diri  Simalungun! Bahkan banyak hal lagi yang harus kupelajari agar orang Simalungun menemukan bahwa Tuhannya juga orang Simalungun – sehingga dekat, akrab dan menyatu.
Saat ini saya sedang menantikan jawaban permohonan beasiswa dari LCA Australia, biarlah kiranya Tuhan yang  bekerja untuk menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Bukanlah ambisi dan kehendak saya sendiri namun Tuhan Yesus lebih tahu itu.

MEMPERSIAPKAN DIRI
Saat ini saya tinggal di Perumahan Padang Hijau Diski setelah mutasi pelayanan dari Resort Polonia Medan. Banyak hal yang harus kerenungi dan kulakukan pada saat ini. Saya harus belajar lebih giat lagi untuk cita-cita ini, penguasaan musikku harus mahir, demikian juga bahasa Inggris professional. Suasana di perumahan ini sangat sepi apalagi kalau sudah malam, tidak seperti tempatku sebelumnya di Padang Bulan  yang rasanya tidak pernah mengenal kapan siang dan malam. Semuanya ini pasti punya arti, saat aku harus menenangkan diri dan merasakan jamahan Tuhan.
Terimakasih Tuhan atas rancanganMu, sungguh tak bisa kupahami sebelumnya.

Diski, 23 Agustus 2013